Jumat, 05 Oktober 2012

5

Mengenang 100 Hari Kepergianmu





.:: Persembahan Untukmu Wahai Guruku ::.


Engkaulah Seonggok Mutiara di Dasar Lautan (Alm. Kiai, Abah dan Guru kami, KH. Moh. Idris Jauhari)
Maulana Hasby Al-Faqir  (Mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien)
“Banyak nian memori serta kenangan manis yang tersimpan dalam hati kami sebagai santri Al-Amien, Abah.
Kau hadir dalam hdiup kami layaknya hujan deras di tengah kemarau panjang nan tak berkesudahan.
Tahukah engkau bahwa tatapan teduhmu kepada kami tiap maghrib selalu membuat rindu ini semakin menebal saja.
Tahukah engkau bahwa petuah-petuahmu yang menyejukkan hati saat hiwar menjadikan rindu ini semakin terang menyala.
Engkaulah Seonggok Mutiara paling Berharga yang bertempat di dasar lautan…”
Terima kasih, Abah. Engkau telah mewariskan kepada kami dua tangis dan ribuan tawa; Tangis yang pertama timbul karena hingga saat ini, saat kau telah tiada kami masih belum bisa membalas segala jasa baik Abah, atau sekedar dengan hanya menjadikan Abah tersenyum bangga kalau kami merupakan santi Al-Amien yang berbakti, Tangis yang kedua timbul karena kami telah kehilangan salah satu teladan, panutan, serta figur terbaik yang pernah ada sepanjang hidup kami. Namun tangis itu tak berarti apa-apa, Abah. Karena engkau telah memberi kami kesempatan tuk merasakan, menyaksikan ribuan senyum, tawa, serta rona bahagia yang terpancar dari setiap wajah santri Al-Amien
Masih kuat terngiang dalam memori ujaran beliau di waktu hiwar jumat tahun lalu. Pada saat itu, kesehatan beliau sudah lumayan parah. Jalan saja harus dipapah, shalat berjamaah pun selalu dalam posisi duduk. Beliau berujar pada waktu itu, “Banggalah anak-anakku wahai santri Al-Amien sekalian! Karena kalian sudah menjadi bagian penting dalam sejarah sukses perkembangan almamater kita, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan” Beliau amat bersemangat ketika mengucapkan kalimat tersebut, kawan. Padahal kesehatan beliau tidak memungkinkan beliau untuk berbuat demikian. Tapi, itu semua tidak mengendurkan semangat beliau untuk berceloteh di depan santri-santri yang sangat dicintainya. Karena beliau juga ingin para santrinya turut berbangga, telah menjadi bagian, komponen, serta elemen penting dalam sejarah tmbuh-kembangnya pondok ini menjadi pondok yang masyhur dan disegani oleh banyak kalangan.

“Laqod ghorosa man qablana, li an yasy’ura tsamratahu man ba’dana” begitu mulianya para pendahulu kita, kawan. Mereka rela memeras keringat, membanting tulang, menghabiskan sebagian besar waktu mereka demi keberhasilan kita kelak. Mereka tidaklah egois seperti halnya kita, karena mereka hanya berpikir bagaimana caranya generasi mereka selanjutnya lebih dan lebih baik lagi daripada diri mereka sendiri. Sedang kita hanya tinggal duduk santai merasakan hasil kerja keras mereka sepanjang waktu tersebut. Seharusnya kita bisa menghargai kerja keras serta pengorbanan mereka, juga berusaha memelihara apa yang sudah mereka berikan kepada kita.
Abah, momen paling menyentuh yang pernah dirasakan oleh penulis adalah ketika Engkau melantik penulis beserta teman-teman angkatan ke-36 menjadi pengurus Organtri ISMI yang baru. Terima kasih banyak, Abah. Engkau telah membesarkan jiwa serta mental penulis khususnya dan teman-teman pada umumnya. Engkau berujar pada waktu itu, “Anak-anakku para santri. Lihatlah, hari ini kita akan menjadi saksi atas momen terpenting dalam kehidupan kakak-kakak kita di pondok ini. Mereka semua sebentar lagi akan berkesempatan tuk berlatih menjadi seorang pemimpin yang mundzirul qoum. Terutama Ketua DPS kita yang satu ini. Ketua DPS kita merupakan salah satu anak pedagang Pasar Turi yang terbakar tokonya pada 2006 silam. Saya yakin, momen itu momen tersulit yang pernah dialami oleh Ketua DPS kita ini. Tapi Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah dan rahmat-Nya, dia masih ada di tengah-tengah kita dan sekarang dia diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi seorang pemimpin sejati…”
Di momen lainnya, Engkau pernah berujar, “Nak, hidup itu bukan hanya soal berhasil atau gagal. Hidup itu yang lebih penting prosesnya seperti apa. Kalau kita hanya mengejar hasil akhir saja, belum tentu proses yang kita lalui proses yang jujur serta lurus, tentu ada yang berkelok, atau bahkan cenderung menukik. Makanya jangan sampai kalian berpikir soal hasil akhirnya saja, akan tetapi berpikirlah juga bagaimana menjalani proses kehidupan itu sendiri…” Sungguh bijak petuah-petuahmu, Abah. Tak ayal kami sekarang merindukan kehadiran antum di sisi kami. Kehadiran Abah di setiap sesi shalat berjamaah selalu membuat kami bersemangat dalam beribadah, apalagi jikalau kami mengingat senter warna kuning yang tak pernah luput antum bawa ke masjid itu, semakin membuat kami rindu Abah saja.
Ya Allah, Yaa Mujieb As-Saailin! Sebagai santri kami berdoa dengan tulus dan penuh pengharapan. Kami semua berharap semoga Abah kami, Guru kami, serta Kiai kami selalu mendapatkan ampunan serta belas kasih-Mu di sana. Tempatkan beliau di sisi-Mu Ya Allah! Sebagai salah seorang hamba-Mu yang sholeh dan terbaik. Ampuni pula dosa-dosa kami yang tak pernah bisa membalas segala jasa baiknya selama beliau hidup. Amien Ya Robbal Alamien..


MEMORANDUM
alm. KH. Moh Idris Jauhari


sumur di ladang tak berair lagi
kabar dari rantau pun tak berdesir pula
itu yang mereka katakan pada anak kecil dihulu sungai
umur meradang semakin lama semakin ditangisi
sadar pun tidak, tubuhmu akan menjadi tua
itu yang selalu kau ingatkan padaku
air mengalir pelan-pelan
wajahmu basah oleh hujan ditepi mata air airmata
tubuhmu berkeriput gambaran masa tua

ah, aku selalu ingin mengusap wajahmu
dihelai-helai waktu senggangku atau menggelitiki kacak pinggangmu
dengan kenakalan-kenakalan Abu nawas atau bahkan lelucon Gusdur
air terjun jatuh pelan-pelan
jatuhannya bermuara diatas radian kananku
yang kau sebut dengan hati 'itu senjata bumerang bagimu'
ucapmu dulu
dengannya kau bisa menebas waktu dan masa depanmu
atau pun juga ditebas olehnya
Bandung, 2012





.:: Kata Mereka ::.



Adimuddin (Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir)
beliau adalah seorang guru yg tak pernah letih mengurapkan segenap tenaganya demi mendidik santri2nya sepanjang waktu dan sepanjang hidupnya. sekaligus seorang pemimpin yg patut kita teladani. baek dari skap, kesederhanaan dsb

Syadad Hmbari (Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir)
Di matanya... ada harapan besar bagi anak-anak didik yang ia cinta.  Di kakinya,  ada kekuatan untuk terus melangkah membimbing santri-santrinya. tapi lebih dalam lagi adalah jiwa. di Jiwanya, ada sungai keikhlasan yang mengalir deras tak terhentikan

Rahman Lalu (Mahasiswa Universitas Merdeka Malang)
Dulu ketika masih di Pondok, aku pernah diminta untuk menuliskan siapa tokoh yang aku idolakan kala itu. KH. Muhammad Idris Jauhari, begitu ku tulis di selembar kertas dengan bangga dan penuh rasa hormat kepada beliau,, Semoga Allah menerima segala amal yang engkau telah lakukan di muka bumi ini,, selamat jalan wahai mahaguruku,

Zammil Hidayat (Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir)
Jika ada orang yang bertanya pada Q. Ingin jadi apa kau kelak ? Q akan menjawab, Q akan menjadi seperti kiyai Idris Jauhari, karena beliau adalah orang yang paling fenomenal menurut Q. Dengan keikhlasan beliau mengajari smua santri dan ketegasan beliau menegakkan syariah islam, Q jadi sangat kagum ke beliau. Q jadi semangat untuk menapaki hidup Q dan menggapai semua cita2 Q.
Q ucapkan banyak terimakasih kepada beliau atas semua yang telah beliau ajarkan kepada Q tentang bagaimana cara menghadapi hidup dan kehidupan Q.
Selamat Jalan Pak Kiyai semoga semua yang telah engkau perbuat menjadi amal baik yang diterima disisiNya. Amien.

Arie Saputra  (Guru Agama di SD 9 Belitung)
Mnrut ªк̣̣Ǘ kyai idris it org Ɣªnǥ pnya karismatik tinggi,tegas,dan berwibawah ,,,
Dan satu hal Чǝлб gak bisa ªkυ͡ lupa dr beliau
Beliau selalu memikirkan Чǝлб terbaik bwt qt para santri2,a̶̲̥̅̊. Atw pun umat islam



Haris Abdi (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)
Beliau adalah pencencipta mimpi-mimpi yang sempurna dan indah bagi anak-anaknya ...



Syamsul Arifin (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember)
Menurutku beliau adalah manusia superior yg dianugrahi oleh allah sebuah pemikiran yg luar biasa untuk menjady seorang ulama' yg berjiwa agamis, modern dll kwand. . .
jusit it tha i know about our great teacher.

Budi Setiawan (Mahasiswa Surabaya Hotel School)
Guru yang sangat fenomenal di kalangan santrinya yang kharismatik tinggi, karena beliau tidak hanya menurunkan ilmunya melainkan mengajatkan arti penting sebuah pengabdian

Beliau adalah ayah bagi kita. Meski sudah 100 hari meninggalkan kita, tapi beliau tetap kan slalu ada di hati kita. Indonesia telah kehilangan anak terbaiknya.

Alfian Izzat (Mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien)
beliau itu kiai yg gk ad duanya dalam hal pendidikan islam di mataku.
intinya beliau tu kompleks dah semuanya ad dalam dri beliau
Layaknya lentera dengan sinar ikhlas'a yang coba beliau tular kan kpd santri2'a

5 komentar:

  1. Beliau adalah "PENDIDIK"
    Pendidik yang yang dapat memposisikan diri sebagai Guru, orang tua, dan sahabat.

    sulit bsa menemukan sosok seperti beliau lagi.
    doaku selalu bersamamu, perjuanganmu kami teruskan.
    terima kasih Guru...
    terima kasih abahku tercinta...

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga beliau diberikan tempat yang mulia di sisiNya

      Hapus
  2. saya memang jarang berinteraksi lengsung dengan beliau. yang saya ingat, mata teduhnya yang kebapakan. memancarkan cinta padaku. "ya, zero-zero" kalimat itu, tetap terngiang. selamat jalan, Abah :-), Love You

    BalasHapus
    Balasan
    1. "ya, zero-zero" kata itu mengingatkan ku ketika baru balik ke pondok setelah libur lebaran. Waktu idul fitri di pondok,,, aku masih ingat ketika kumpul di rumah alm. KH.M. Tidjani Djauhari untuk diberikan makanan,,, "Mohon maaf ya anak-anakku, tuan rumah belum siap, jadi kita cukupkan dengan ini saja" kata beliau sambil kemudian membagikan air mineral dan jajan secukupnya,,,

      Hapus