
Aneh memang. Mengapa lima hari selalu saja berjumpa dengannya di kerumunan ribuan orang. Kita bukan sekelompok, bukan pula teman. Lalu apakah tuhan telah menulis takdirnya untuk memperkenalkan aku denganya? Dengan seseorang yang memilki mata indah dan wajah yang amat bening. Ah, ini hanya mimpi yang tuhan berikan sebagai penghibur bagi kekacauan nasibku. Nasib yang tak berpihak sama dengan teman teman yang lain. Begitulah aku berspekulasi.
Keanehanku mulai terasa ketika perlahan aku menulis tentangnya, tentang pertemuan pertemuan konyol. Didalam lembaran buku, aku berusaha menjelaskan betapa ospek semakin nyentrik dan semakin membuatku di jejali ribuan pertanyaan. Mengapa aku mesti sok berkorban menahan kantuk dan sok sibuk menulis untuk dia yang entah bidadari dari mana. Malam itu, Aku seolah wartawan jawa pos yang wajib menyelasaikan tugasnya dengan deadline singkat, atau seperti pak Jokowi yang sibuk bolak balik solo-jakarta sampai ritual demokrasi usai. Bahkan pernah aku mengajukan sebuah pertanyaan mengancam, apakah ini cinta? atau sekedar bentuk kekaguman?, maka dengan pertanyaan ini aku dapat mengurai dengan leluasa bagaimana sebenarnya aku harus bersikap. Cinta atau kagum bukan menjadi masalah. Sebab, aku tak memiliki hak selagi tuhan tak mengizinkannya. Otoritas tertinggi ada padanya, sementara aku Cuma berharap pada do’a. selebihnya, biar langkahku selanjutnya sesuai dengan munajatku. Amin…
Buku
Perasaanku kala itu rumit, definisi yang menjurus pada kebenaran belum juga aku jumpai. Aku masih saja mempertanyakan bagaimana hal ini bisa terjadi. Saat itu, Tak ada yang lebih menarik selain berimajinasi tentangnya. Tak ada yang lebih indah selain mengingat senyumnya. Pun dengan semua prilaku jenaka-nya. Tapi aku juga menyadari . pandangan pertama hanya mampu menggiringku pada rasa kagum. Tidak lebih. Itulah mengapa aku tidak setuju jika pandangan pertama dapat melahirkan cinta. Sebab Mencintai tidak semudah itu, perlu proses yang panjang dan matang yang sekiranya dapat mengantarkan pada pengetahuan secara menyeluruh tentang seseorang yang dicintainya. Namun cinta juga bukan melulu berpihak pada kesenangan dan kenikmatan. seperti jalaluddin rumi , baginya cinta juga berarti kesengsaraan dan kepedihan sebagai jembatan menuju kebahagiaan hakiki. Atau bisa kita baca dalam potongan puisi kang cecep “ Tetapi cinta, bukan sebotol coca cola, atau film Disney, di sana tokoh apapun tak pernah mati. Tetapi cinta, bukan sekotak popok kertas. Atau sayap Sembilan puluh Sembilan burung attar terbakar”.
Memang tuhan begitu indah mencipta dia sebagai perempuan muslimah (fi ahsani takwiym). Namun sungguh aku tidak boleh terlepas dari kontrol agama, ada batas batas yang mengikat serta aturan yang memikat. Demikian lah islam berperan penting sebagai satu satunya agama yang bagiku adalah jalan keselamatan nan menyejukkan (innaddina indallahil islam).
Untuk dia yang selalu kuingat, yang senantiasa kulihat wajahnya di sudut sudut kamar bahkan dalam sholat pun senyumnya hadir meremas kekhusyuanku. Dengan catatan sederhana yang termaktub dalam buku, sepertinya semua bayang dan ingatan ingatan itu cukup terwakili. Ia seakan mampu membawa pergi gemuruh yang ‘entah’ sejak aku memberanikan diri memberikan buku itu padanya. Alhamdulillah, aku merasa perjalananku bersama dia telah tuntas. Tidak akan ada lagi semburat wajahnya yang setiap malam hadir mengelabui hati. Tidak akan ada lagi cerita bersama dia yang entah dari mana asalnya.
Dan Memberi buku yang berisi curhat basi tentang ketololanku, adalah kepuasan yang tak terhingga. Aku bahagia bukan lantaran buku itu bisa di baca olehnya, tapi aku bahagia karena aku mampu mencari jalan keluar sendiri dari penjara paling membingungkan sekaligus menakjubkan. Iya, karena aku menulis maka perlahan lahan aku terbebas dari himpitan beban. Aku sudah tidak peduli lagi mau ia apakan buku itu, di buang atau di bakar pun terserah dia. Yang terpenting adalah; ia setidaknya sedikit menyadari kalau ada lelaki macam aku yang mengaguminya. Lelaki yang sok merasa perlu mengingatkannya untuk senantiasa bersyukur. Lelaki yang menginginkan ia menjadi sahabatnya. Sahabat yang saling menegur dalam merebut kebaikan dan kebajikan. Lelaki yang jika di tolak bersahabat dengannya, akan meluangkan waktu mendoakan semoga ia sebagai sosok yang dikagumi benar benar menjadi wanita sholehah dan berbakti pada orang tua. Amin..
Rencana tuhan
Aku bukan lelaki narsis, yang ingin meminta belas kasih. Atau berharap ia akan membalas catatanku dengan balasan yang istimewa. Tidak. Bukan itu yang aku harapkan. Makanya, aku tidak mencantumkan nama apalagi nomer HP di buku yang aku berikan beberapa waktu yang lalu. Aku hanya berusaha mendeskripsikan bagaimana ia telah mampu menyihirku. Lalu, dengan buku itulah aku bisa berbagi dan mengurangi ancaman beban yang memenjara. bahkan, dengan sikapnya yang dingin, aku sudah pesimis sekaligus merasa yakin kalau ia tidak akan peduli dengan karya yang jadul itu. Its fine..
Namun sepertinya tuhan tidak membiarkan waktu berjalan begitu saja, pada gilirannya aku dan dia yang masih ‘rahasia’ akhirnya diberi kesempatan untuk saling mengenal. Aku tidak tahu apa motivasinya mencari nama dan nomor HP-ku. Dengan nada meyakinkan, dia berusaha menjelaskan di telfon kalau dia adalah sosok yang pernah aku beri buku. Iya, sebab setelah sms tentang pengakuannya, aku ragu dan merasa mustahil, ia akan berusaha mendapatkan nama dan nomor HP-ku. Maafkan aku, bukan maksud merendahkan martabatmu sebagai perempuan, aku hanya merasa malu. Itu saja.
Pertemuan pertama
Apa yang aku harapkan dari pertemuan yang sepakat kita namai sebagai yang pertama kali? Aku tidak tahu. Pertemuan itu benar benar terjadi. Aku kaku, sangat kaku sekali, semestinya aku tidak berjabat tangan denganmu. Semestinya aku tidak terbata bata ngobrol denganmu. Semestinya aku bersikap berani dan tidak sungkan berada didekatmu. Tapi begitulah tuntutan yang berangkat dengan sendirinya. Tanpa aku sadari. Ah itu hanya sementara, buktinya kita bisa saling cerita banyak kan? Tentang ospek, kuliah dan sedikit perjalanan masa lalu kita di sekolah. Setidaknya itu menjadi awal perkenalan kita. Antara lelaki jadul dengan wanita rahasia. Iya, di luar dugaan ternyata kamu menyimpan banyak rahasia.
Namanya uli miftahus saedah…
Semoga siapa saja yang mengenalmu, mendapat keteduhan dan kesejukan. Semoga siapa saja yang mengenalmu, selalu bersyukur tuhan telah mempertemukannya denganmu. Karena kebaikan dan kelembutan sikapmu. Terlebih karena namamu yang mengisyaratkan tempat berlabuhnya kebahagiaan. Semoga namamu senada dengan prilakumu yang berjalan seirama, apapun rintangannya, hadapilah dengan senyuman, sebab namamu melambangkan kebahagiaan meski ribuan tantangan membentang. Namun tetap saja kamu selalu berbahagia menghadapinya, berbahagia mengaduhnya pada sang pencipta. Bukan malah jatuh dan tak mau bangkit lagi.
Bahasa inggris
Karena alasan alasan masa silammu, akhirnya kamu menjatuhkan pilihan mempelajari bahasa inggris. Itu tidak masalah, yang menjadi masalah jika niat yang kita maksud tidak berangkat dari kesadaran untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Bahasa inggris itu alat, alat untuk berkomunikasi. Maka jadikan ia alat nantinya untuk mempelajari ilmu ilmu allah yang memakai bahasa inggris. Ia harus mampu teraplikasikan secara nyata, (khoirunnasi anfa uhum linnas). Kuasai secara menyeluruh, fokus dan totalitas sehingga empat tahun mendatang namamu akan keluar sebagai wisudawan terbaik. Atau orang tua kita merasa bangga terhadap kita dengan prestasi yang kita miliki. Mari sama sama berusaha semaksimal mungkin dalam belajar, mari junjung tinggi eksistensi kita sebagai mahasiswa yang cinta membaca dan menulis. yang peduli terhadap substansi dan urgensi kita sebagai yang katanya -agen of change-.
Dosen
keinginanmu amat mulya, menjadi dosen. Aku harap hal itu bisa terwujud. Namun apabila hanya akan menambah dosen dosen pemalas yang bejat, lebih baik jangan. Dosen pada dasarnya adalah guru yang di gugu dan di tiru. Ia tidak hanya bertugas mentransfer lmu lalu pergi se-enaknya sendiri. Plato sungguh tidak menginginkan hal ini terjadi. Ideologinya tentang ide sangat berarti dan bersebrangan dengan mereka yang tidak sadar akan fungsi sebenarnya. Pada realitasnya, masih saja selalu ada dosen yang acuh ta acuh, masih saja ada dosen yang merasa sangat berilmu sehingga enggan memperkaya pengetahuannya. Naudzubillah..
organisasi
jika kita perhatikan, sepertinya memang organisasi memilki peran yang krusial. Sepanjang sejarahnya ia tidak bisa di pandang sebelah mata, bahkan lewat organisasi banyak terlahir para tokoh yang kemudian mampu memberikan sumbangsih besar pada perkembangan tanah air. Sebut saja, NU dan Muhammadiyah, dua Ormas terbesar ini juga turut memperkarsai ide pancasila. Dari sana juga muncul nama nama seperti Gus Dur, Cak Nur, Ainun Najib dan Din Samsuddin.
Pada tahapan selanjutnya, organisasi mulai menghegemoni dunia pendidikan. Di SMP ada OSIS, SMA ada Rohis dan semacamnya, pun juga di perguruan tinggi ada BEM, tentu hal ini merupakan suatu cara bagaimana satu pekerjaan terselesaikan dengan dilakukan secara berjamaah. Lalu bagaimana dengan komunitas pergerakan mahasiswa yang ada di kampus? Menurut hemat saya, pada dasarnya ia adalah organisasi. Aduhh kok ngelantur sih…
Aku cuma mau menyarankan kalau apapun yang diikuti bening itu tak lepas dari nilai nilai pendidikan yang edukatif. Sekiranya, organisasi yang bening ikuti tidak banyak memberikan kontribusi yang membangun, bahkan membuat bening tidak terfokus, maka berfikirlah kembali untuk tetap menempatkan belajar sebagai yang nomor satu. Hehe Cuma saran.
Panggilan Mas..
Ada yang lucu dalam pertemuan kita di depan perpustakaan, kita dengan gaya sok serius menyoalkan bagaimana seharusnya kita saling menyapa dengan sebuah panggilan. Kamu ngotot ingin manggil aku dengan panggilan; Mas. Ketika aku menanyakan, kenapa panggil Mas?, tiba tiba dengan suara yang khas kamu menjawab; ya karena aku ingin membiasakan memanggil kepada cowok degan panggilan; Mas. Apalagi kepada yang lebih tua kayak mas alfin. Idih aku masih imut kalekkk... wkwkwkw
Tapi aku sok ga mau, jangan panggil mas. Aku kan masih muda dan cakep kayak sule, wihhh bukan, tapi kayak shakruk kan. Hahayyy. Eh kamu malah ngotot kayak si nunug,wkwkwk. pokoknya aku manggil mas, cieee. Aku juga manggil kamu mbak, titik. Tapi dia ga mau. Pada saat itu, kita belum menemukan kata dil untuk sebuah panggilan. Sebenarnya dia uda memilki panggilan yang sesuai, dia manggil aku mas dan aku manggil dia adik. Eh tiba2 si nunung,,,,ups si bening maksudnya hehe.. memutuskan setelah mempertimbangkan, yauda kita sama sama panggil nama aja. Biar adil dil. Namun herannya, kesepakatan itu tidak berlaku. Kita lebih memilih dengan panggilan yang kita inginkan. Hadohhh piye tow…its fine. (di larang tersinggung, ini kawasan intermezzo, capek y a baca dari tadi=maaf yoo).
Sragen
Malam ini aku sendiri yang belum tidur, tiga orang temanku sudah dari tadi terlelap dalam mimpinya, seraya mendengarkan lagu kesukaanku, aku terus saja menulis, sesekali berhenti sejenak, sambil membayangkan betapa aku telah terperangkap pada kekaguman yang luar biasa. Sesekali aku berhenti sambil membaca tulisan tulisan Jamal D rahman. Di sini, dalam kesendirian aku berusaha menghilangkan rasa takut pada hal hal gaib. Seraya menunggu waktu untuk membangunkanmu, aku terus saja menulis. kamu tahu, aku melakukan ini juga berangkat dari nasehat orang tua temanku dulu, bahwa jika ingin menjadi orang yang luar biasa, maka harus melakukan pekerjaan yang luar biasa pula. Aku tetap yakin apa yang aku kerjakan saat ini akan membantu proses kematanganku dalam menempuh masa depan yang tidak pasti. Aku hanya berusaha memastikan dengan usaha usaha kecilku semacam ini akan dapat melahirkan keyakinan untuk melangkah menjadi orang yang sukses.
Aku tidak sedang mengharap pujian darimu,sungguh aku tidak butuh hal seperti itu. jika kamu merasa perlu membaca catatanku ini, aku pun menghargaimu. Sebab ini tidak untuk siapa siapa, bukan untuk siapa siapa tapi untukmu. Seseorang yang beberapa hari ini membikin bayangan bayangan palsu atau senyum di masa depanku kelak. Seseorang yang mengajakku untuk mendirikan sholat dhuha delapan roka’at. Seseorang yang mengajaku bersholawat kepada nabi kita; Muhammad. Seseorang yang member tahu kalau rumahnya dekat jaraknya dengan sebuah terminal. Di Sragen.
Sebenarnya sudah lama aku mengetahui nama kabupaten sragen, seingatku adik sepupuku pernah nyantri di salah satu pondok di sragen sana. Tapi entahlah. Setiap kali aku mendengar sragen, tiba tiba fikiranku terlempar padamu. Ingin aku tanyakan di sragen daerah mana? Sehingga nantinya bisa menjadi bahan percakapan kalau aku memilki saudara di sana, namanya uliy. Yang aku panggil adik. Hehe
Ada seorang teman, ia menjuluki aku “si petualang”. Mungkin ini tidak berlebihan karena aku memang selalu mengunjungi rumah temanku atau sanak family, di Jakarta, bali, Kalimantan, bandung, jogja, Makassar, Surabaya. Dan beberapa daerah di nusantara lainnya. Sungguh ada banyak pengalaman yang aku dapati dari sekian perjalanan yang aku jejaki. Aku memang sudah terbiasa hidup berpindah pindah, kehidupan keras sejak kecil mengasah mentalku untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua. Bahkan jika lebaran menjadi agenda paling menyenangkan bagi mereka. Tapi tidak bagiku. Aku pernah lebaran id di gresik. Di kota semen yang tidak ada sama sekali keluargaku kecuali teman. Ah mengingat masa masa kecilku selalu saja membuatku sedih dan kerap kali menyesal mengapa aku tidak seperti teman teman yang hidup bahagia dengan kelarga mereka., ahh…
Kali ini, untuk beberapa tahun ke depan, aku akan menghabiskan sisa sisa hidupku di solo, di kota yang menjadi spirit of java. Di kota yang tenar lewat keberhasilan pak jokowi memimpin solo serta menjadi gubernur terpilih. Selamat semoga lebih bisa memenuhi janji janji yang terlanjur terucap. Semoga kelak aku bisa meneladani cara kepimpinanmu yang merakyat. Yang benar benar mundzirul qoum sejati.
Jawa tengah, bagiku cukup unik. Ada banyak rahasia yang mesti aku tahu. Tentang budaya dan keunikan tradisi jawa. Atau juga Seperti kebanyakan orang mengatakan kalau orang jawa sangat menjunjung nilai nilai santun dan kesopanan. Lalu bagaimana dengan sragen sebagai daerah perbatasan? Apakah daerah perbatasan juga mewarisi nilai nilai tersebut dan tidak terkontaminasi dengan pengaruh luar? Setidaknya aku bisa melihat dari sosok perempuan yang aku kenal sekarang= adikku bening. Dik, hal apa yang bisa kamu ceritakan tentang sragen? Makanan faforit apa yang khas dari sragen? Atau wisata apa yang tersuguhkan di sragen?, ah jadi ingin tahu.
Sebagai keturunan jawa, kita memang memilki perbedaan mulai dari budaya, adat dan karakter. Tentang Madura, mas bisa jelaskan kapan kapan. Secara pribadi, mas meminta maaf jika awal mula hadirnya buku lalu berlanjut menjadi antara kita saling mengenal, aku meminta maaf kepada adik dan secara khusus kepada ayah dan ibu di rumah. Aku tidak bermaksud mengganggumu, aku tidak berniat merusak konsentrasi belajarmu, sekali lagi maaf. Maka seandainya adik menyesal telah mengenal aku, aku akan memilih menjauh dan menjauh sampai langkahku tak terlihat lagi. (masih pengen nulis tentang pertemuan yang kedua tapi nyadar diri takutnya adik jenuh baca-nya). Thanks for all.
“good by”
Alvin Mubarok (Mahasiswa IAIN Surakarta)
duh mak se saragen malolo... huh kenangn terindah
BalasHapus