Selasa, 15 November 2011

Pengabdian Yang Sebenarnya II


 

            Masih lekat dalam ingatan, ucapan beliau saat kami, para punggawa PUSDILAM melakukan audiensi berkenaan dengan kinerja dan fungsi PUSDILAM  di tengah-tengah santri. Tanpa disadari, ketika itu beliau bercerita kepada kami tentang keadaan santri kita, santri TMI yang semakin hari semakin cenderung menghindar dari dua hal yang selama ini ditanamkan oleh almamater tercinta. Dua hal tersebut adalah bahasa dan keilmuan.

Beliau amatlah prihatin mengenai hal ini, ditambah dengan kecintaan mereka kepada hal-hal berbau fisik dan olahraga yang melebihi kecintaan mereka terhadap bahasa dan keilmuan. Sepintas, jika kita melihat dan membandingkan seberapa banyak santri kita yang mengikuti kelompok-kelompok bela diri dan olahraga dengan santri kita yang ikut serta di dalam kelompok-kelompok bahasa dan keilmuan, kemudian kita akan berkesimpulan bahwa mereka memang lebih banyak tertarik dan mendalami hal-hal berbau fisik dan olahraga.

Mendengar penuturan beliau yang amat runut dan mengena ke hati tentunya, saya beserta kawan-kawan PUSDILAM pun terhenyak menghayati setiap kata-kata yang beliau ucapkan. Sontak, motivasi dan semangat kami yang tadinya redup mulai menyala kembali, seiring dengan harapan-harapan serta ekspektasi beliau terhadap perkembangan keilmuan pondok kita. Di akhir penuturan beliau, beliau pun berujar bahwa sejarah telah berbicara banyak tentang kehebatan pondok kita di dalam bidang bahasa dan keilmuan ini, sejarah juga tidak akan pernah berbohong bahwa pondok kita telah menghasilkan orang-orang hebat serta tokoh-tokoh penting yang saat ini terjun di dalam masyarakat. Sebut saja Ust. Jamal D. Rahman, yang sampai saat ini masih memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di dalam struktural keredaksian majalah sastra Horison, kemudian ada Ust. Ahmadi Thoha yang tidak perlu diragukan lagi ilmu kejurnalistikan serta kewartawanannya, juga Ust Zuhairi Misrawi yang dikenal sebagai intelektual muda NU. Dari bidang bahasa, tentunya masyarakat jurnalistik kita tidak akan asing dengan nama Ust. Samson Rahman, anak Gili ini merupakan penerjemah handal yang telah menerjemahkan banyak literatur para ilmuwan Timur Tengah berkat kemampuan dan kelihaian beliau dalam hal penerjemahan.

Kawan, sekaranglah waktunya kita membalas budi dan memberikan dedikasi terbaik untuk almamater tercinta, berkat almamater ini kita mulai mengenal sedikit demi sedikit makna sejati dari hidup dan kehidupan, kita juga mulai mengerti bahwa memulai sesuatu itu lebih mudah daripada mempertahankannya. Mungkin, saat pertama kali kita menginjakkan kaki kita di tanah jauhari ini, modal kita hanya secuil biji padi pengetahuan, tetapi saat kita meninggalkan tanah ini guna melaksanakan khidmah kita sudah dibekali dengan berkarung-karung beras pengetahuan untuk menyongsong hari esok, yang lebih cerah tentunya.

Dengan bekal berkarung beras pengetahuan itu, insya Allah kita bisa menaklukkan serta menguasai medan perang kehidupan yang sangat sengit. Di medan perang tersebut kita telah ditunggu berjuta armada perang dengan beraneka ragam perlengkapan perang dan persenjataan yang kompleks. Bersiaplah kawan-kawanku, di depan, kanan-kiri, dan belakang kalian telah dipersiapkan berbagai jebakan para musuh. Jangan sampai kita hanya mengandalkan kesiapan fisik, tapi kesiapan intelektual dan mental juga harus berimbang. Jangan sampai kita lengah, bahkan terlena dengan tipu daya dan muslihat mereka. Boleh saja penampilan mereka rapih dan necis, akan tetapi di balik eksternal indah tersebut, tersimpan maksud dan niatan jahat kepada kita. Mari kita beranjak dari tidur panjang kita. Ayo bangun kawan! Waktu kita tidaklah banyak untuk menghadapi jumlah mereka yang amatlah banyak. It’s just the beginning
It’s Our Time To Make A History!