
Masih
lekat dalam ingatan, ucapan beliau saat kami, para punggawa PUSDILAM melakukan
audiensi berkenaan dengan kinerja dan fungsi PUSDILAM di tengah-tengah santri. Tanpa disadari,
ketika itu beliau bercerita kepada kami tentang keadaan santri kita, santri TMI
yang semakin hari semakin cenderung menghindar dari dua hal yang selama ini
ditanamkan oleh almamater tercinta. Dua hal tersebut adalah bahasa dan
keilmuan.
Beliau amatlah
prihatin mengenai hal ini, ditambah dengan kecintaan mereka kepada hal-hal
berbau fisik dan olahraga yang melebihi kecintaan mereka terhadap bahasa dan
keilmuan. Sepintas, jika kita melihat dan membandingkan seberapa banyak santri
kita yang mengikuti kelompok-kelompok bela diri dan olahraga dengan santri kita
yang ikut serta di dalam kelompok-kelompok bahasa dan keilmuan, kemudian kita
akan berkesimpulan bahwa mereka memang lebih banyak tertarik dan mendalami
hal-hal berbau fisik dan olahraga.
Mendengar
penuturan beliau yang amat runut dan mengena ke hati tentunya, saya beserta
kawan-kawan PUSDILAM pun terhenyak menghayati setiap kata-kata yang beliau
ucapkan. Sontak, motivasi dan semangat kami yang tadinya redup mulai menyala
kembali, seiring dengan harapan-harapan serta ekspektasi beliau terhadap
perkembangan keilmuan pondok kita. Di akhir penuturan beliau, beliau pun
berujar bahwa sejarah telah berbicara banyak tentang kehebatan pondok kita di
dalam bidang bahasa dan keilmuan ini, sejarah juga tidak akan pernah berbohong
bahwa pondok kita telah menghasilkan orang-orang hebat serta tokoh-tokoh
penting yang saat ini terjun di dalam masyarakat. Sebut saja Ust. Jamal D.
Rahman, yang sampai saat ini masih memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di
dalam struktural keredaksian majalah sastra Horison, kemudian ada Ust.
Ahmadi Thoha yang tidak perlu diragukan lagi ilmu kejurnalistikan serta
kewartawanannya, juga Ust Zuhairi Misrawi yang dikenal sebagai intelektual muda
NU. Dari bidang bahasa, tentunya masyarakat jurnalistik kita tidak akan asing
dengan nama Ust. Samson Rahman, anak Gili ini merupakan penerjemah handal yang
telah menerjemahkan banyak literatur para ilmuwan Timur Tengah berkat kemampuan
dan kelihaian beliau dalam hal penerjemahan.
Kawan,
sekaranglah waktunya kita membalas budi dan memberikan dedikasi terbaik untuk
almamater tercinta, berkat almamater ini kita mulai mengenal sedikit demi
sedikit makna sejati dari hidup dan kehidupan, kita juga mulai mengerti bahwa
memulai sesuatu itu lebih mudah daripada mempertahankannya. Mungkin, saat
pertama kali kita menginjakkan kaki kita di tanah jauhari ini, modal kita hanya
secuil biji padi pengetahuan, tetapi saat kita meninggalkan tanah ini guna
melaksanakan khidmah kita sudah dibekali dengan berkarung-karung beras
pengetahuan untuk menyongsong hari esok, yang lebih cerah tentunya.
Dengan bekal
berkarung beras pengetahuan itu, insya Allah kita bisa menaklukkan serta
menguasai medan
perang kehidupan yang sangat sengit. Di medan
perang tersebut kita telah ditunggu berjuta armada perang dengan beraneka ragam
perlengkapan perang dan persenjataan yang kompleks. Bersiaplah kawan-kawanku,
di depan, kanan-kiri, dan belakang kalian telah dipersiapkan berbagai jebakan
para musuh. Jangan sampai kita hanya mengandalkan kesiapan fisik, tapi kesiapan
intelektual dan mental juga harus berimbang. Jangan sampai kita lengah, bahkan
terlena dengan tipu daya dan muslihat mereka. Boleh saja penampilan mereka
rapih dan necis, akan tetapi di balik eksternal indah tersebut, tersimpan
maksud dan niatan jahat kepada kita. Mari kita beranjak dari tidur panjang
kita. Ayo bangun kawan! Waktu kita tidaklah banyak untuk menghadapi jumlah
mereka yang amatlah banyak. It’s just the beginning