• Enter Slide 1 Title Here

    This is slide 1 description. You can replace this with your own words. Blogger template by NewBloggerThemes.com...

  • Enter Slide 2 Title Here

    This is slide 2 description. You can replace this with your own words. Blogger template by NewBloggerThemes.com...

  • Enter Slide 3 Title Here

    This is slide 3 description. You can replace this with your own words. Blogger template by NewBloggerThemes.com...

Selasa, 16 Oktober 2012

0

DEMOKRASI



            Demokrasi. Satu kata inilah yang seringkali dibicarakan baik oleh kaum intelektual ataupun non-intelektual. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni “Demos” yang berarti rakyat dan “Kratein” atau “Kratos” yang berarti kekuasaan. Dari dua kata di atas, sudah jelas bahwasanya demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan ada pada rakyat. Kata tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles. Presiden pertama Amerika, Abraham Lincoln menyebutkan bahwasanya demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional 2008, Demokrasi adalah bentuk atau system pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya.
            Demokrasi lahir di Yunani pada 508 SM sebagaimana kata tersebut berasal dari bahasa Yunani. Tapi sebelum itu, praktek demokrasi sudah ada di Mesopotamia yang mana masyarakat Mesopotamia sering mengadakan perkumpulan untuk mencari jalan mufakat. Pada masa itu, terdapat beberapa kota kecil yang memiliki dan menerapkan sistem pemerintahannya masing-masing. Solon adalah orang pertama yang mencetuskan demokrasi langsung di Athena, sebuah Negara di Yunani.
            Secara umum, demokrasi dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
1.      Demokrasi Langsung
Demokrasi Langsung adalah demokrasi yang dimiliki setiap orang dan dilontarkan atau disampaikan kepada pemerintah. Menurut Syafi’ie (2011:139) bahwa, “Demokrasi langsung terjadi bilamana untuk mewujudkan kedaulatan di tangan rakyat pada suatu Negara, setiap warga negara dari negara tersebut boleh menyampaikan langsung tentang hal ikhwal persoalan dan pendapatnya kepada pihak eksekutif”.
2.      Demokrasi Perwakilan
Demokrasi Perwakilan adalah demokrasi yang juga dimiliki setiap individu hanya saja tidak dapat dilontarkan oleh masing-masing melainkan diwakilkan kepada yang berwenang saja. “Demokrasi perwakilan terjadi bilamana untuk mewujudkan kedaulatan di tangan rakyat pada suatu negara, diperlukan adanya semacam lembaga legislatif (parlemen atau senat), karena masyarakat yang begitu banyak di suatu Negara tidak mungkin seluruhnya duduk di lembaga tersebut” (Syafi’ie, 2011:140).
            Selain dua jenis demokrasi diatas, terdapat pula beberapa istilah demokrasi, seperti Demokrasi Konstitusional, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila, Demokrasi Parlementer, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Soviet, Demokrasi Nasional, dsb. Sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan demokrasi dan Indonesia mengalami tiga jenis demokrasi pertama sebagaimana yang disebutkan diatas.
            Demokrasi Konstitusional adalah demokrasi yang membatasi pemerintah dan rakyat dengan beberapa konstitusi atau perundang-undangan. Dengan begitu, pemerintah tidak dapat berbuat sekehendaknya. “Power tends corrupt, but absolute power corrupt absolutely” yang berarti kekuasan cenderung disalahgunakan dan kekuasan yang absolut disalahguankan tanpa batas  (Acton dalam Budiharjo, 2010:107). Demokrasi Konstitusional disebut juga dengan nama Demokrasi Parlementer karena disini peranan parlemen serta partai-partai yang ada begitu menonjol. Demokrasi model ini digunakan Indonesia pada tahun 1945-1959. Masa ini dikenal dengan Masa Republik Indonesia I.
            Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin atau diketuai oleh presiden sendiri. Negara kita Indonesia menggunakan demokrasi ini pada tahun 1959-1965 yang biasa disebut Masa Republik Indonesia II. Pada waktu itu, presiden sangat mendominasi pemerintahan, peranan partai politik terbatas, pengaruh komunis berkembang, dan peranan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) sebagai unsur sosial-politik meluas.
            Demokrasi Pancasila adalah sistem pemerintahan ketiga yang digunakan oleh Indonesia. Sehingga Indonesia mengalami Masa Republik Indonesia III atau yang lebih kita kenal dengan Orde Baru. Dalam demokrasi ini, landasan formalnya adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta Ketetapan-Ketetapan MPRS. Demokrasi Pancasila digunakan oleh Indonesia pada tahun 1965-1998.
            Setelah Masa Republik Indonesia III, Indonesia mengalami Masa Reformasi pada tahun 1998 yang juga disebut dengan Masa Republik Indonesia IV.
            Hingga saat ini, Indonesia masih menggunakan system pemerintahan demokrasi. Usaha untuk menjadikan dan mengembangkan sistem pemerintahan ini menjadi sistem terbaik bagi Indonesia akan terus diusahakan. Karena bagi Indonesia, demokrasi adalah suatu bentuk tertinggi atau cita-cita. Perjalanan mencari dan mendapatkan demokrasi tidak akan ada habisnya. Sebagai rakyat yang baik dan termasuk dalam golongan intelektual, sepatutnyalah kita mulai memikirkan hal ini karena kita jualah yang akan menggantikan mereka di tahun-tahun mendatang.    

 Nadya Bulqis 
(Mahasiswi Universitas Brawijaya Malang)

Rabu, 10 Oktober 2012

3

Untuk Sobat Ku


Syukur Alhamdulillah kabar aku lebih indah dari sebuah warna pelangi lebih sejuk dari tabaran sajak pagi, lebih tegar dari buayan cahaya mentari, dan lebih anggun dari taburan bintang-bintang yang mengelilingi rembulan pada malam hari.

Sobat ………..! cinta itu sebuah misteri suci milik Allah Swt, tidak seorangpun yang dapat menafsirkan arti cinta yang sebenarnya. Kata yang lagi patah hati cinta itu ………………? Menyakitkan. Kata yang jatuh hati, cinta itu………….? Indah dan menyenangkan. Kata seorang sahabat cinta itu dapat memecahkan. Kata ortu, cinta itu………..? membutakan. Kata pejabat, cinta itu…………? Merugikan. Kata yang terinspirasi, cinta itu…………? Menghidupkan.

Jadi, cinta itu buat siapa saja mungkin hanya bagi orang gila yang tidak tau dan tak akan pernah merasakan pahit manisnya cinta. Cinta dapat tumbuh dimana saja dan kapan saja, disebuah hotel, kantor, sekolah, pasar, bahkan di kolong jembatanpun cinta bisa jadi, Karena manusia di ciptakan atas dasar cinta, sewaktu baru lahir kita sudah mendapatkan rasa cinta or kasih sayang dari ortu. cintalah yang mengenalkan kita terhadap alam dan akan arti sebuah kehidupan, yang menurut aku nih………..……..penuh dengan kebisuan.

Sobat………….! Aku engga’ mau menyalahkan siapa-siapa or capa aja, termasuk ortu kamu, karena siapa saja setiap orang mempunyai hak dan kebebasan mencintai dan dicintai, akan tetapi di sadari atau tidak di sadari tidak semua orang harus menerima rahmat dan laknat cinta, karena cinta akan memilih dengan sendirinya, Siapa yang disukainya. tapi kadang cinta harus direlakan kita-kita untuk di jodohkan. Hahahahahahahahaha……………………………. sory bercanda.

Cinta ibarat sebuah waktu yang berjalan dan mengalir apa adanya, terima tidak terima kalau sudah waktu berbicara kita tak dapat berbuat apa-apa………………..? iya gak. Mungkin kita harus bisa menyerahkan semua pada-Nya. Nah…. di balik semua itu pasti ada rahasia yang dijanjikan oleh Tuhan melalui waktu, tapi bagiku cinta merupakan ciptaan yang tak boleh dipungkiri oleh makhluknya yang tak akan tumbuh apabila tidak ada yang membuahi. Jangan heran jika benci jadi cinta, bila pacar jadi musuh, dan jangan heran pula bila sahabat berubah menjadi kekesih, cinta yang datang tidak di jemput pulangpun juga tak perlu di antar jelangkung kaleeeeeeeeeeeeeeee. Hahahahaha.

Ach. Fitri (Mahasiswa IAIN Surakarta)
1

Mengenang Masa Ospek


Mengenang lima hari selama ospek, seperti berlayar ke laut lepas. Ada hentakan ombak yang membadai, ada terpaan angin yang menerjang. Dan ada keindahan samudera yang terhampar. Di dalamnya aku memilki cerita yang mungkin; konyol. Sekonyol aku meneriakkan senyumnya di liang waktu. sekonyol aku menyembunyikan tatapannya dilembaran buku, padahal jam demi jam telah berlalu, malam demi malam telah pergi jauh. Namun tetap saja ada yang berbeda setiap kali aku mecoba mengingat kembali cerita cerita ospek. Sebab dia yang ‘’entah siapa’’ mampu mencubit hatiku. Maka aku tak perlu merasa heran seperti apapun kehendak tuhan. Toh meski aku baru pertama kali menghadapi suasana yang tuhan suguhkan ini, aku akan tetap menerima dengan segala kepatuhanku.

Aneh memang. Mengapa lima hari selalu saja berjumpa dengannya di kerumunan ribuan orang. Kita bukan sekelompok, bukan pula teman. Lalu apakah tuhan telah menulis takdirnya untuk memperkenalkan aku denganya? Dengan seseorang yang memilki mata indah dan wajah yang amat bening. Ah, ini hanya mimpi yang tuhan berikan sebagai penghibur bagi kekacauan nasibku. Nasib yang tak berpihak sama dengan teman teman yang lain. Begitulah aku berspekulasi.

Keanehanku mulai terasa ketika perlahan aku menulis tentangnya, tentang pertemuan pertemuan konyol. Didalam lembaran buku, aku berusaha menjelaskan betapa ospek semakin nyentrik dan semakin membuatku di jejali ribuan pertanyaan. Mengapa aku mesti sok berkorban menahan kantuk dan sok sibuk menulis untuk dia yang entah bidadari dari mana. Malam itu, Aku seolah wartawan jawa pos yang wajib menyelasaikan tugasnya dengan deadline singkat, atau seperti pak Jokowi yang sibuk bolak balik solo-jakarta sampai ritual demokrasi usai. Bahkan pernah aku mengajukan sebuah pertanyaan mengancam, apakah ini cinta? atau sekedar bentuk kekaguman?, maka dengan pertanyaan ini aku dapat mengurai dengan leluasa bagaimana sebenarnya aku harus bersikap. Cinta atau kagum bukan menjadi masalah. Sebab, aku tak memiliki hak selagi tuhan tak mengizinkannya. Otoritas tertinggi ada padanya, sementara aku Cuma berharap pada do’a. selebihnya, biar langkahku selanjutnya sesuai dengan munajatku. Amin…





Buku

Perasaanku kala itu rumit, definisi yang menjurus pada kebenaran belum juga aku jumpai. Aku masih saja mempertanyakan bagaimana hal ini bisa terjadi. Saat itu, Tak ada yang lebih menarik selain berimajinasi tentangnya. Tak ada yang lebih indah selain mengingat senyumnya. Pun dengan semua prilaku jenaka-nya. Tapi aku juga menyadari . pandangan pertama hanya mampu menggiringku pada rasa kagum. Tidak lebih. Itulah mengapa aku tidak setuju jika pandangan pertama dapat melahirkan cinta. Sebab Mencintai tidak semudah itu, perlu proses yang panjang dan matang yang sekiranya dapat mengantarkan pada pengetahuan secara menyeluruh tentang seseorang yang dicintainya. Namun cinta juga bukan melulu berpihak pada kesenangan dan kenikmatan. seperti jalaluddin rumi , baginya cinta juga berarti kesengsaraan dan kepedihan sebagai jembatan menuju kebahagiaan hakiki. Atau bisa kita baca dalam potongan puisi kang cecep “ Tetapi cinta, bukan sebotol coca cola, atau film Disney, di sana tokoh apapun tak pernah mati. Tetapi cinta, bukan sekotak popok kertas. Atau sayap Sembilan puluh Sembilan burung attar terbakar”.

Memang tuhan begitu indah mencipta dia sebagai perempuan muslimah (fi ahsani takwiym). Namun sungguh aku tidak boleh terlepas dari kontrol agama, ada batas batas yang mengikat serta aturan yang memikat. Demikian lah islam berperan penting sebagai satu satunya agama yang bagiku adalah jalan keselamatan nan menyejukkan (innaddina indallahil islam).

Untuk dia yang selalu kuingat, yang senantiasa kulihat wajahnya di sudut sudut kamar bahkan dalam sholat pun senyumnya hadir meremas kekhusyuanku. Dengan catatan sederhana yang termaktub dalam buku, sepertinya semua bayang dan ingatan ingatan itu cukup terwakili. Ia seakan mampu membawa pergi gemuruh yang ‘entah’ sejak aku memberanikan diri memberikan buku itu padanya. Alhamdulillah, aku merasa perjalananku bersama dia telah tuntas. Tidak akan ada lagi semburat wajahnya yang setiap malam hadir mengelabui hati. Tidak akan ada lagi cerita bersama dia yang entah dari mana asalnya.

Dan Memberi buku yang berisi curhat basi tentang ketololanku, adalah kepuasan yang tak terhingga. Aku bahagia bukan lantaran buku itu bisa di baca olehnya, tapi aku bahagia karena aku mampu mencari jalan keluar sendiri dari penjara paling membingungkan sekaligus menakjubkan. Iya, karena aku menulis maka perlahan lahan aku terbebas dari himpitan beban. Aku sudah tidak peduli lagi mau ia apakan buku itu, di buang atau di bakar pun terserah dia. Yang terpenting adalah; ia setidaknya sedikit menyadari kalau ada lelaki macam aku yang mengaguminya. Lelaki yang sok merasa perlu mengingatkannya untuk senantiasa bersyukur. Lelaki yang menginginkan ia menjadi sahabatnya. Sahabat yang saling menegur dalam merebut kebaikan dan kebajikan. Lelaki yang jika di tolak bersahabat dengannya, akan meluangkan waktu mendoakan semoga ia sebagai sosok yang dikagumi benar benar menjadi wanita sholehah dan berbakti pada orang tua. Amin..

Rencana tuhan

Aku bukan lelaki narsis, yang ingin meminta belas kasih. Atau berharap ia akan membalas catatanku dengan balasan yang istimewa. Tidak. Bukan itu yang aku harapkan. Makanya, aku tidak mencantumkan nama apalagi nomer HP di buku yang aku berikan beberapa waktu yang lalu. Aku hanya berusaha mendeskripsikan bagaimana ia telah mampu menyihirku. Lalu, dengan buku itulah aku bisa berbagi dan mengurangi ancaman beban yang memenjara. bahkan, dengan sikapnya yang dingin, aku sudah pesimis sekaligus merasa yakin kalau ia tidak akan peduli dengan karya yang jadul itu. Its fine..

Namun sepertinya tuhan tidak membiarkan waktu berjalan begitu saja, pada gilirannya aku dan dia yang masih ‘rahasia’ akhirnya diberi kesempatan untuk saling mengenal. Aku tidak tahu apa motivasinya mencari nama dan nomor HP-ku. Dengan nada meyakinkan, dia berusaha menjelaskan di telfon kalau dia adalah sosok yang pernah aku beri buku. Iya, sebab setelah sms tentang pengakuannya, aku ragu dan merasa mustahil, ia akan berusaha mendapatkan nama dan nomor HP-ku. Maafkan aku, bukan maksud merendahkan martabatmu sebagai perempuan, aku hanya merasa malu. Itu saja.

Pertemuan pertama

Apa yang aku harapkan dari pertemuan yang sepakat kita namai sebagai yang pertama kali? Aku tidak tahu. Pertemuan itu benar benar terjadi. Aku kaku, sangat kaku sekali, semestinya aku tidak berjabat tangan denganmu. Semestinya aku tidak terbata bata ngobrol denganmu. Semestinya aku bersikap berani dan tidak sungkan berada didekatmu. Tapi begitulah tuntutan yang berangkat dengan sendirinya. Tanpa aku sadari. Ah itu hanya sementara, buktinya kita bisa saling cerita banyak kan? Tentang ospek, kuliah dan sedikit perjalanan masa lalu kita di sekolah. Setidaknya itu menjadi awal perkenalan kita. Antara lelaki jadul dengan wanita rahasia. Iya, di luar dugaan ternyata kamu menyimpan banyak rahasia.

Namanya uli miftahus saedah…

Semoga siapa saja yang mengenalmu, mendapat keteduhan dan kesejukan. Semoga siapa saja yang mengenalmu, selalu bersyukur tuhan telah mempertemukannya denganmu. Karena kebaikan dan kelembutan sikapmu. Terlebih karena namamu yang mengisyaratkan tempat berlabuhnya kebahagiaan. Semoga namamu senada dengan prilakumu yang berjalan seirama, apapun rintangannya, hadapilah dengan senyuman, sebab namamu melambangkan kebahagiaan meski ribuan tantangan membentang. Namun tetap saja kamu selalu berbahagia menghadapinya, berbahagia mengaduhnya pada sang pencipta. Bukan malah jatuh dan tak mau bangkit lagi.

Bahasa inggris

Karena alasan alasan masa silammu, akhirnya kamu menjatuhkan pilihan mempelajari bahasa inggris. Itu tidak masalah, yang menjadi masalah jika niat yang kita maksud tidak berangkat dari kesadaran untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Bahasa inggris itu alat, alat untuk berkomunikasi. Maka jadikan ia alat nantinya untuk mempelajari ilmu ilmu allah yang memakai bahasa inggris. Ia harus mampu teraplikasikan secara nyata, (khoirunnasi anfa uhum linnas). Kuasai secara menyeluruh, fokus dan totalitas sehingga empat tahun mendatang namamu akan keluar sebagai wisudawan terbaik. Atau orang tua kita merasa bangga terhadap kita dengan prestasi yang kita miliki. Mari sama sama berusaha semaksimal mungkin dalam belajar, mari junjung tinggi eksistensi kita sebagai mahasiswa yang cinta membaca dan menulis. yang peduli terhadap substansi dan urgensi kita sebagai yang katanya -agen of change-.

Dosen

keinginanmu amat mulya, menjadi dosen. Aku harap hal itu bisa terwujud. Namun apabila hanya akan menambah dosen dosen pemalas yang bejat, lebih baik jangan. Dosen pada dasarnya adalah guru yang di gugu dan di tiru. Ia tidak hanya bertugas mentransfer lmu lalu pergi se-enaknya sendiri. Plato sungguh tidak menginginkan hal ini terjadi. Ideologinya tentang ide sangat berarti dan bersebrangan dengan mereka yang tidak sadar akan fungsi sebenarnya. Pada realitasnya, masih saja selalu ada dosen yang acuh ta acuh, masih saja ada dosen yang merasa sangat berilmu sehingga enggan memperkaya pengetahuannya. Naudzubillah..



organisasi

jika kita perhatikan, sepertinya memang organisasi memilki peran yang krusial. Sepanjang sejarahnya ia tidak bisa di pandang sebelah mata, bahkan lewat organisasi banyak terlahir para tokoh yang kemudian mampu memberikan sumbangsih besar pada perkembangan tanah air. Sebut saja, NU dan Muhammadiyah, dua Ormas terbesar ini juga turut memperkarsai ide pancasila. Dari sana juga muncul nama nama seperti Gus Dur, Cak Nur, Ainun Najib dan Din Samsuddin.

Pada tahapan selanjutnya, organisasi mulai menghegemoni dunia pendidikan. Di SMP ada OSIS, SMA ada Rohis dan semacamnya, pun juga di perguruan tinggi ada BEM, tentu hal ini merupakan suatu cara bagaimana satu pekerjaan terselesaikan dengan dilakukan secara berjamaah. Lalu bagaimana dengan komunitas pergerakan mahasiswa yang ada di kampus? Menurut hemat saya, pada dasarnya ia adalah organisasi. Aduhh kok ngelantur sih…

Aku cuma mau menyarankan kalau apapun yang diikuti bening itu tak lepas dari nilai nilai pendidikan yang edukatif. Sekiranya, organisasi yang bening ikuti tidak banyak memberikan kontribusi yang membangun, bahkan membuat bening tidak terfokus, maka berfikirlah kembali untuk tetap menempatkan belajar sebagai yang nomor satu. Hehe Cuma saran.

Panggilan Mas..

Ada yang lucu dalam pertemuan kita di depan perpustakaan, kita dengan gaya sok serius menyoalkan bagaimana seharusnya kita saling menyapa dengan sebuah panggilan. Kamu ngotot ingin manggil aku dengan panggilan; Mas. Ketika aku menanyakan, kenapa panggil Mas?, tiba tiba dengan suara yang khas kamu menjawab; ya karena aku ingin membiasakan memanggil kepada cowok degan panggilan; Mas. Apalagi kepada yang lebih tua kayak mas alfin. Idih aku masih imut kalekkk... wkwkwkw

Tapi aku sok ga mau, jangan panggil mas. Aku kan masih muda dan cakep kayak sule, wihhh bukan, tapi kayak shakruk kan. Hahayyy. Eh kamu malah ngotot kayak si nunug,wkwkwk. pokoknya aku manggil mas, cieee. Aku juga manggil kamu mbak, titik. Tapi dia ga mau. Pada saat itu, kita belum menemukan kata dil untuk sebuah panggilan. Sebenarnya dia uda memilki panggilan yang sesuai, dia manggil aku mas dan aku manggil dia adik. Eh tiba2 si nunung,,,,ups si bening maksudnya hehe.. memutuskan setelah mempertimbangkan, yauda kita sama sama panggil nama aja. Biar adil dil. Namun herannya, kesepakatan itu tidak berlaku. Kita lebih memilih dengan panggilan yang kita inginkan. Hadohhh piye tow…its fine. (di larang tersinggung, ini kawasan intermezzo, capek y a baca dari tadi=maaf yoo).

Sragen

Malam ini aku sendiri yang belum tidur, tiga orang temanku sudah dari tadi terlelap dalam mimpinya, seraya mendengarkan lagu kesukaanku, aku terus saja menulis, sesekali berhenti sejenak, sambil membayangkan betapa aku telah terperangkap pada kekaguman yang luar biasa. Sesekali aku berhenti sambil membaca tulisan tulisan Jamal D rahman. Di sini, dalam kesendirian aku berusaha menghilangkan rasa takut pada hal hal gaib. Seraya menunggu waktu untuk membangunkanmu, aku terus saja menulis. kamu tahu, aku melakukan ini juga berangkat dari nasehat orang tua temanku dulu, bahwa jika ingin menjadi orang yang luar biasa, maka harus melakukan pekerjaan yang luar biasa pula. Aku tetap yakin apa yang aku kerjakan saat ini akan membantu proses kematanganku dalam menempuh masa depan yang tidak pasti. Aku hanya berusaha memastikan dengan usaha usaha kecilku semacam ini akan dapat melahirkan keyakinan untuk melangkah menjadi orang yang sukses.

Aku tidak sedang mengharap pujian darimu,sungguh aku tidak butuh hal seperti itu. jika kamu merasa perlu membaca catatanku ini, aku pun menghargaimu. Sebab ini tidak untuk siapa siapa, bukan untuk siapa siapa tapi untukmu. Seseorang yang beberapa hari ini membikin bayangan bayangan palsu atau senyum di masa depanku kelak. Seseorang yang mengajakku untuk mendirikan sholat dhuha delapan roka’at. Seseorang yang mengajaku bersholawat kepada nabi kita; Muhammad. Seseorang yang member tahu kalau rumahnya dekat jaraknya dengan sebuah terminal. Di Sragen.

Sebenarnya sudah lama aku mengetahui nama kabupaten sragen, seingatku adik sepupuku pernah nyantri di salah satu pondok di sragen sana. Tapi entahlah. Setiap kali aku mendengar sragen, tiba tiba fikiranku terlempar padamu. Ingin aku tanyakan di sragen daerah mana? Sehingga nantinya bisa menjadi bahan percakapan kalau aku memilki saudara di sana, namanya uliy. Yang aku panggil adik. Hehe

Ada seorang teman, ia menjuluki aku “si petualang”. Mungkin ini tidak berlebihan karena aku memang selalu mengunjungi rumah temanku atau sanak family, di Jakarta, bali, Kalimantan, bandung, jogja, Makassar, Surabaya. Dan beberapa daerah di nusantara lainnya. Sungguh ada banyak pengalaman yang aku dapati dari sekian perjalanan yang aku jejaki. Aku memang sudah terbiasa hidup berpindah pindah, kehidupan keras sejak kecil mengasah mentalku untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua. Bahkan jika lebaran menjadi agenda paling menyenangkan bagi mereka. Tapi tidak bagiku. Aku pernah lebaran id di gresik. Di kota semen yang tidak ada sama sekali keluargaku kecuali teman. Ah mengingat masa masa kecilku selalu saja membuatku sedih dan kerap kali menyesal mengapa aku tidak seperti teman teman yang hidup bahagia dengan kelarga mereka., ahh…

Kali ini, untuk beberapa tahun ke depan, aku akan menghabiskan sisa sisa hidupku di solo, di kota yang menjadi spirit of java. Di kota yang tenar lewat keberhasilan pak jokowi memimpin solo serta menjadi gubernur terpilih. Selamat semoga lebih bisa memenuhi janji janji yang terlanjur terucap. Semoga kelak aku bisa meneladani cara kepimpinanmu yang merakyat. Yang benar benar mundzirul qoum sejati.

Jawa tengah, bagiku cukup unik. Ada banyak rahasia yang mesti aku tahu. Tentang budaya dan keunikan tradisi jawa. Atau juga Seperti kebanyakan orang mengatakan kalau orang jawa sangat menjunjung nilai nilai santun dan kesopanan. Lalu bagaimana dengan sragen sebagai daerah perbatasan? Apakah daerah perbatasan juga mewarisi nilai nilai tersebut dan tidak terkontaminasi dengan pengaruh luar? Setidaknya aku bisa melihat dari sosok perempuan yang aku kenal sekarang= adikku bening. Dik, hal apa yang bisa kamu ceritakan tentang sragen? Makanan faforit apa yang khas dari sragen? Atau wisata apa yang tersuguhkan di sragen?, ah jadi ingin tahu.

Sebagai keturunan jawa, kita memang memilki perbedaan mulai dari budaya, adat dan karakter. Tentang Madura, mas bisa jelaskan kapan kapan. Secara pribadi, mas meminta maaf jika awal mula hadirnya buku lalu berlanjut menjadi antara kita saling mengenal, aku meminta maaf kepada adik dan secara khusus kepada ayah dan ibu di rumah. Aku tidak bermaksud mengganggumu, aku tidak berniat merusak konsentrasi belajarmu, sekali lagi maaf. Maka seandainya adik menyesal telah mengenal aku, aku akan memilih menjauh dan menjauh sampai langkahku tak terlihat lagi. (masih pengen nulis tentang pertemuan yang kedua tapi nyadar diri takutnya adik jenuh baca-nya). Thanks for all.

“good by”

Alvin Mubarok (Mahasiswa IAIN Surakarta)

Jumat, 05 Oktober 2012

5

Mengenang 100 Hari Kepergianmu





.:: Persembahan Untukmu Wahai Guruku ::.


Engkaulah Seonggok Mutiara di Dasar Lautan (Alm. Kiai, Abah dan Guru kami, KH. Moh. Idris Jauhari)
Maulana Hasby Al-Faqir  (Mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien)
“Banyak nian memori serta kenangan manis yang tersimpan dalam hati kami sebagai santri Al-Amien, Abah.
Kau hadir dalam hdiup kami layaknya hujan deras di tengah kemarau panjang nan tak berkesudahan.
Tahukah engkau bahwa tatapan teduhmu kepada kami tiap maghrib selalu membuat rindu ini semakin menebal saja.
Tahukah engkau bahwa petuah-petuahmu yang menyejukkan hati saat hiwar menjadikan rindu ini semakin terang menyala.
Engkaulah Seonggok Mutiara paling Berharga yang bertempat di dasar lautan…”
Terima kasih, Abah. Engkau telah mewariskan kepada kami dua tangis dan ribuan tawa; Tangis yang pertama timbul karena hingga saat ini, saat kau telah tiada kami masih belum bisa membalas segala jasa baik Abah, atau sekedar dengan hanya menjadikan Abah tersenyum bangga kalau kami merupakan santi Al-Amien yang berbakti, Tangis yang kedua timbul karena kami telah kehilangan salah satu teladan, panutan, serta figur terbaik yang pernah ada sepanjang hidup kami. Namun tangis itu tak berarti apa-apa, Abah. Karena engkau telah memberi kami kesempatan tuk merasakan, menyaksikan ribuan senyum, tawa, serta rona bahagia yang terpancar dari setiap wajah santri Al-Amien
Masih kuat terngiang dalam memori ujaran beliau di waktu hiwar jumat tahun lalu. Pada saat itu, kesehatan beliau sudah lumayan parah. Jalan saja harus dipapah, shalat berjamaah pun selalu dalam posisi duduk. Beliau berujar pada waktu itu, “Banggalah anak-anakku wahai santri Al-Amien sekalian! Karena kalian sudah menjadi bagian penting dalam sejarah sukses perkembangan almamater kita, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan” Beliau amat bersemangat ketika mengucapkan kalimat tersebut, kawan. Padahal kesehatan beliau tidak memungkinkan beliau untuk berbuat demikian. Tapi, itu semua tidak mengendurkan semangat beliau untuk berceloteh di depan santri-santri yang sangat dicintainya. Karena beliau juga ingin para santrinya turut berbangga, telah menjadi bagian, komponen, serta elemen penting dalam sejarah tmbuh-kembangnya pondok ini menjadi pondok yang masyhur dan disegani oleh banyak kalangan.

“Laqod ghorosa man qablana, li an yasy’ura tsamratahu man ba’dana” begitu mulianya para pendahulu kita, kawan. Mereka rela memeras keringat, membanting tulang, menghabiskan sebagian besar waktu mereka demi keberhasilan kita kelak. Mereka tidaklah egois seperti halnya kita, karena mereka hanya berpikir bagaimana caranya generasi mereka selanjutnya lebih dan lebih baik lagi daripada diri mereka sendiri. Sedang kita hanya tinggal duduk santai merasakan hasil kerja keras mereka sepanjang waktu tersebut. Seharusnya kita bisa menghargai kerja keras serta pengorbanan mereka, juga berusaha memelihara apa yang sudah mereka berikan kepada kita.
Abah, momen paling menyentuh yang pernah dirasakan oleh penulis adalah ketika Engkau melantik penulis beserta teman-teman angkatan ke-36 menjadi pengurus Organtri ISMI yang baru. Terima kasih banyak, Abah. Engkau telah membesarkan jiwa serta mental penulis khususnya dan teman-teman pada umumnya. Engkau berujar pada waktu itu, “Anak-anakku para santri. Lihatlah, hari ini kita akan menjadi saksi atas momen terpenting dalam kehidupan kakak-kakak kita di pondok ini. Mereka semua sebentar lagi akan berkesempatan tuk berlatih menjadi seorang pemimpin yang mundzirul qoum. Terutama Ketua DPS kita yang satu ini. Ketua DPS kita merupakan salah satu anak pedagang Pasar Turi yang terbakar tokonya pada 2006 silam. Saya yakin, momen itu momen tersulit yang pernah dialami oleh Ketua DPS kita ini. Tapi Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah dan rahmat-Nya, dia masih ada di tengah-tengah kita dan sekarang dia diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi seorang pemimpin sejati…”
Di momen lainnya, Engkau pernah berujar, “Nak, hidup itu bukan hanya soal berhasil atau gagal. Hidup itu yang lebih penting prosesnya seperti apa. Kalau kita hanya mengejar hasil akhir saja, belum tentu proses yang kita lalui proses yang jujur serta lurus, tentu ada yang berkelok, atau bahkan cenderung menukik. Makanya jangan sampai kalian berpikir soal hasil akhirnya saja, akan tetapi berpikirlah juga bagaimana menjalani proses kehidupan itu sendiri…” Sungguh bijak petuah-petuahmu, Abah. Tak ayal kami sekarang merindukan kehadiran antum di sisi kami. Kehadiran Abah di setiap sesi shalat berjamaah selalu membuat kami bersemangat dalam beribadah, apalagi jikalau kami mengingat senter warna kuning yang tak pernah luput antum bawa ke masjid itu, semakin membuat kami rindu Abah saja.
Ya Allah, Yaa Mujieb As-Saailin! Sebagai santri kami berdoa dengan tulus dan penuh pengharapan. Kami semua berharap semoga Abah kami, Guru kami, serta Kiai kami selalu mendapatkan ampunan serta belas kasih-Mu di sana. Tempatkan beliau di sisi-Mu Ya Allah! Sebagai salah seorang hamba-Mu yang sholeh dan terbaik. Ampuni pula dosa-dosa kami yang tak pernah bisa membalas segala jasa baiknya selama beliau hidup. Amien Ya Robbal Alamien..


MEMORANDUM
alm. KH. Moh Idris Jauhari


sumur di ladang tak berair lagi
kabar dari rantau pun tak berdesir pula
itu yang mereka katakan pada anak kecil dihulu sungai
umur meradang semakin lama semakin ditangisi
sadar pun tidak, tubuhmu akan menjadi tua
itu yang selalu kau ingatkan padaku
air mengalir pelan-pelan
wajahmu basah oleh hujan ditepi mata air airmata
tubuhmu berkeriput gambaran masa tua

ah, aku selalu ingin mengusap wajahmu
dihelai-helai waktu senggangku atau menggelitiki kacak pinggangmu
dengan kenakalan-kenakalan Abu nawas atau bahkan lelucon Gusdur
air terjun jatuh pelan-pelan
jatuhannya bermuara diatas radian kananku
yang kau sebut dengan hati 'itu senjata bumerang bagimu'
ucapmu dulu
dengannya kau bisa menebas waktu dan masa depanmu
atau pun juga ditebas olehnya
Bandung, 2012





.:: Kata Mereka ::.



Adimuddin (Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir)
beliau adalah seorang guru yg tak pernah letih mengurapkan segenap tenaganya demi mendidik santri2nya sepanjang waktu dan sepanjang hidupnya. sekaligus seorang pemimpin yg patut kita teladani. baek dari skap, kesederhanaan dsb

Syadad Hmbari (Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir)
Di matanya... ada harapan besar bagi anak-anak didik yang ia cinta.  Di kakinya,  ada kekuatan untuk terus melangkah membimbing santri-santrinya. tapi lebih dalam lagi adalah jiwa. di Jiwanya, ada sungai keikhlasan yang mengalir deras tak terhentikan

Rahman Lalu (Mahasiswa Universitas Merdeka Malang)
Dulu ketika masih di Pondok, aku pernah diminta untuk menuliskan siapa tokoh yang aku idolakan kala itu. KH. Muhammad Idris Jauhari, begitu ku tulis di selembar kertas dengan bangga dan penuh rasa hormat kepada beliau,, Semoga Allah menerima segala amal yang engkau telah lakukan di muka bumi ini,, selamat jalan wahai mahaguruku,

Zammil Hidayat (Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir)
Jika ada orang yang bertanya pada Q. Ingin jadi apa kau kelak ? Q akan menjawab, Q akan menjadi seperti kiyai Idris Jauhari, karena beliau adalah orang yang paling fenomenal menurut Q. Dengan keikhlasan beliau mengajari smua santri dan ketegasan beliau menegakkan syariah islam, Q jadi sangat kagum ke beliau. Q jadi semangat untuk menapaki hidup Q dan menggapai semua cita2 Q.
Q ucapkan banyak terimakasih kepada beliau atas semua yang telah beliau ajarkan kepada Q tentang bagaimana cara menghadapi hidup dan kehidupan Q.
Selamat Jalan Pak Kiyai semoga semua yang telah engkau perbuat menjadi amal baik yang diterima disisiNya. Amien.

Arie Saputra  (Guru Agama di SD 9 Belitung)
Mnrut ªк̣̣Ǘ kyai idris it org Ɣªnǥ pnya karismatik tinggi,tegas,dan berwibawah ,,,
Dan satu hal Чǝлб gak bisa ªkυ͡ lupa dr beliau
Beliau selalu memikirkan Чǝлб terbaik bwt qt para santri2,a̶̲̥̅̊. Atw pun umat islam



Haris Abdi (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)
Beliau adalah pencencipta mimpi-mimpi yang sempurna dan indah bagi anak-anaknya ...



Syamsul Arifin (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember)
Menurutku beliau adalah manusia superior yg dianugrahi oleh allah sebuah pemikiran yg luar biasa untuk menjady seorang ulama' yg berjiwa agamis, modern dll kwand. . .
jusit it tha i know about our great teacher.

Budi Setiawan (Mahasiswa Surabaya Hotel School)
Guru yang sangat fenomenal di kalangan santrinya yang kharismatik tinggi, karena beliau tidak hanya menurunkan ilmunya melainkan mengajatkan arti penting sebuah pengabdian

Beliau adalah ayah bagi kita. Meski sudah 100 hari meninggalkan kita, tapi beliau tetap kan slalu ada di hati kita. Indonesia telah kehilangan anak terbaiknya.

Alfian Izzat (Mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien)
beliau itu kiai yg gk ad duanya dalam hal pendidikan islam di mataku.
intinya beliau tu kompleks dah semuanya ad dalam dri beliau
Layaknya lentera dengan sinar ikhlas'a yang coba beliau tular kan kpd santri2'a

Rabu, 03 Oktober 2012

0

Sistem Pendidikan Pesantren

KH. Moh. Idris Jauhari

SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN, AKANKAH MENJADI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL?

by: Lalu Gazali Rahman*


Sejenak penulis ingin mengajak pembaca sekalian untuk flashback ke masa-masa di mana Negara ini masih bebas dari penjajahan Negara manapun, ketika Negara ini masih apa adanya, ketika peradabannya masih Islami. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang menjadi icon kebanggaan Indonesia dan didirikan berdasarkan kesadaran masyarakat peribumi akan pentingnya pendidikan agama Islam bagi generasi selanjutnya. Dengan sistem pendidikan yang memang sengaja dirancang untuk memperluas pengetahuan santrinya akan agama, ditambah lagi pengawasan yang dilakukan selama 24 jam nonstop demi lancarnya kegiatan pendidikannya.

Tentang kapan munculnya lembaga pendidikan Islam ini, para ahli sejarah memiliki pendapat yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah pendapat seorang sejarawan yang mengatakan bahwa kemunculan pesantren pertama di Indonesia adalah pesantren Jan Tampes II, yaitu lembaga pendidikan Islam yang didirikan sekitar tahun 1062 M. di kabupaten Pamekasan, Madura. Akan tetapi pendapat ini terbantahkan karena jika ada Jan Tampes II, mestinya ada Jan Tampes I yang jauh lebih tua dari Jan Tampes II. Kendati demikian, peranan pesantren tak dapat dipungkiri lagi dalam pengembangan Islam di nusantara. [ibid, hal:36]

Seiring masuknya peradaban Barat yang dibawa oleh kolonial Belanda, maka sistem pendidikan pesantren mulai bergeser digantikan sistem pendidikan yang dibawa oleh kolonial Belanda. Sebab sebagian besar orang-orang pribumi berfikir jika mereka hanya bergantung pada sistem pendidikan pesantren saja, maka mereka akan ketinggalan dalam bidang ilmu umum yang mereka rasakan sangat besar manfaatnya.

Sebagian besar ulama’ di seluruh penjuru nusantara sangat mengecam dan kontradiktif terhadap peristiwa tersebut, karena bisa dikatakan kalau dibiarkan berlarut-larut, tidak akan ada lagi orang yang akan menuntut ilmu agama. Maka dari pada itu, peperangan-peperangan antara kolonial Belanda vs mujahhid Islam terjadi di mana-mana. Akan tetapi hal itu tak kunjung memecahkan masalah sedikitpun, malah menimbulkan masalah-masalah yang lain. Akhirnya dengan kearifannya, para ulama’ tersebut memutuskan untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan sebagai titik temu dari kedua permasalahan itu. Maka muncullah gagasan untuk menghadirkan sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya menitik beratkan pada pendidikan agama atau pendidikan umum saja. Akan tetapi lembaga pendidikan yang menjalankan pendidikan umum tanpa harus meninggalkan unsur-unsur pendidikan agama sedikitpun, yang saat ini kita kenal dengan sebutan madrasah. Adapun madrasah pertama yang didirikan di Indonesia adalah madrasah Adabiyah di Padang Sumatra Barat, yang didirikan oleh Syekh Abdullah pada tahun 1909. Akan tetapi pada awal-awal berdirinya, madrasah ini semata-mata hanya mempelajari tentang pengetahuan agama saja, barulah kemudian pada tahun 1915 madrasah ini mengenalkan pendidikan umum kepada anak didiknya. Dengan demikian setidak-tidaknya madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam mempunyai beberapa latar belakang, yaitu:

==> Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam
==> Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistem pendidikan yang lebih memungkinkan alumninya untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum. 
==>Adanya sikap mental pada sementara golongan ummat Islam, khususnya santri yang terpukau pada budaya Barat sebagai sistem pendidikan mereka 
==>Sebagai upaya untuk menjembatani sistem pendidikan tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dengan sistem pendidikan moderen dari hasil akulturasi.

****

Beda halnya dengan pesantren yang berkembang begitu pesatnya, madrasah justru mendapat hambatan yang jauh lebih berat, sehingga perkembangannyapun cukup lambat. Begitu besar pengorbanan yang dilakukan oleh para ulama’ terdahulu sehingga lambat-laun madrasah mampu menjamah sebagian besar kalangan masyarakat. Jika dibandingkan kepesatan perkembangan sekolah umum, madrasah masih jauh tertinggal. Walau  demikian, para ulama’ tidak mau putus asa sehingga suatu saat nanti madrasah mampu bersaing dengan sekolah umum di bidang pendidikan.

Begitu besar pengorbanan para ulama’ terdahulu, sampai-sampai rela mempertahankan lembaga pendidikan Islam ini dengan meneteskan darah, tapi sekarang dari “kalangan atas” malah memihak pada sistem pendidikan yang dibawa oleh kolonial Belanda yang bertahun-tahun menjajah Negara ini, dari pada sistem pendidikan pesantren yang merupakan salah satu ciri khas Indonesia yang tak dimiliki oleh Negara manapun di dunia. Bahkan sebagian Negara-negara Islam di dunia menerapkan sistem pendidikan pesantren seprti mesir, yaman, dan yang lain, yang sejatinya adalah karya bangsa Indonesia. KH. M. Idris Jauhari, pimpinan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan suatu ketika pernah menawarkan kepada pemerintah Indonesia yang notabene adalah Islam mayoritas, sebuah sistem pendidikan yang diyakini mampu untuk membawa bangsa ini ke ranah kemajuan. Akan tetapi dari kalangan pemerintah terkesan menutup mata terhadap tawaran itu. Jika dari kalangan pemerintah saja sudah bersikap seperti itu, harus di kemanakan Negara ini, jika ciri khasnya saja mereka tinggalkan.


*Alumni PP. Al-Amien Prenduan Angkatan 2011. Pernah menjadi ketua Sanggar Anggota Kajian Waraal Qitor (KWQ) dan Sekred Majalah Qalam. Sekarang melanjutkan pendidikan di Universitas Merdeka Malang Fakultas Teknologi Informasi, Jurusan Sistem Informasi.