Rabu, 09 November 2011

Pengabdian Yang Sebenarnya (I)


oleh: M. Hasby Maulana

Setiap waktu, saya hanya bisa melihat serta merenungi suatu kenyataan, bahwa masa pengabdian saya di almamater tercinta ini masih terlalu dini. Entahlah, saya merasa kurang siap menghadapi kenyataan ini. Bekal yang saya miliki saat ini belum menjadi jaminan bahwa saya akan aman menghadapi beraneka ragam cobaan serta aral yang malang-melintang di hadapan saya.

Lima tahun di pondok adalah waktu yang teramat singkat untuk ukuran seorang santri kecil seperti saya. Memang, pengetahuan, ilmu, wawasan serta pengalaman yang saya dapatkan selama itu telah mengarahkan saya kepada arah yang lebih baik, masa depan yang lebih cerah, dan jalan lurus tanpa kerikil menuju prosesi wisuda tempo hari. Akan tetapi, sejenak saya berpikir, bukankah prosesi wisuda itu merupakan suatu titik balik bagi saya untuk menjalani masa pengabdian yang sebenar-benarnya. Pengabdian inilah yang membutuhkan segelintir pengorbanan serta perhatian besar. Pengabdian ini bukanlah mainan dan guyonan yang kerapkali membuat kita terlena olehnya.

Lihatlah, betapa kita kerapkali terseok, tersandung, bahkan tersungkur akibat berbagai aral yang menghambat diri kita. Masih ingatkah kita dengan ikrar guru yang kita lafadzkan tempo hari di aula? Ada beratus sorot mata dan daun telinga yang melihat serta mendengar hal apa saja yang kita ucapkan. Ikrar ini hanya salah satu dari banyak aral tersebut. Shalat berjamaah adalah menu utama kita di almamater tercinta, disambung dengan menu mengajar di kelas kelas tiap paginya, disempurnakan dengan prosesi qiyamul lail yang penuh dengan kisah-kisah menakjubkan.

Kawan, saya yakin, pasti di antara kita ada yang menyesal atas segala realita yang kita hadapi sekarang. Pasti di antara kita ada yang menggerutu, “mengapa saya dulu malas shalat jamaah ya” ada juga yang berkata, “Duh, dulu saya enggak pernah masuk kelas, eh sekarang dalam seminggu, masuk terus,….” Dan lain sebagainya. Dari pertama kali diciptakannya Nabi Adam, memang penyesalan datang di akhir-akhir waktu, tidak ada sama sekali penyesalan yang tiba di awal waktu. Karena tanpa penyesalan, kita sebagai seorang insan sulit akan bisa berubah.

Teruntuk semua kawanku, yang menjalankan khidmah di luar ataupun di dalam pondok… ingatlah bahwa nama almamater kita ‘Al-Amien’ selalu melekat di atas pundak kita, tanpa kita bisa melepaskannya, bahkan ingin melupakannya sedikitpun. Jadi, jangan sampai harumnya nama pondok ini ternodai dengan sikap, tingkah laku, watak, serta tindak-tanduk kita selama masa khidmah ini bergulir.